Instagram

Algoritma Iklan Instagram Bongkar Mitos HP Sering Nguping

Algoritma Iklan Instagram Bongkar Mitos HP Sering Nguping
Algoritma Iklan Instagram Bongkar Mitos HP Sering Nguping

JAKARTA - Kecurigaan bahwa aplikasi media sosial “mendengarkan” pengguna lewat mikrofon ponsel terus menjadi obrolan hangat. Banyak orang meyakini bahwa iklan yang muncul di layar HP mereka berkaitan dengan topik yang baru saja didiskusikan secara lisan. Namun, CEO Instagram Adam Mosseri menegaskan anggapan itu adalah mitos lama yang tidak sesuai fakta.

Menurut Mosseri, penjelasan di balik iklan yang terasa “terlalu tepat sasaran” bukan karena HP mendengarkan, melainkan karena algoritma iklan Meta—perusahaan induk Instagram, Facebook, dan WhatsApp—bekerja dengan sangat canggih.

Iklan Terasa Personal, Tapi Bukan Hasil “Nguping”

Mosseri mengaku kerap menerima pertanyaan soal fenomena ini, bahkan dari orang terdekatnya. Istrinya sendiri pernah bertanya mengapa iklan tertentu bisa muncul segera setelah mereka membicarakan produk tersebut di dunia nyata.

Namun, Mosseri menegaskan bahwa teknologi ponsel memiliki indikator visual jika mikrofon sedang digunakan. Jika memang aplikasi benar-benar “menguping”, tanda penggunaan mikrofon akan muncul dan baterai ponsel pun akan cepat habis karena konsumsi daya tinggi. “Itu tidak masuk akal, dan tidak terjadi,” ujarnya, dikutip Kamis (2/10/2025).

Ia menyebut bahwa sistem iklan Meta didesain agar bekerja melalui data perilaku pengguna, bukan penyadapan audio.

Kolaborasi Pengiklan dengan Meta

Lebih lanjut, Mosseri menjelaskan bahwa iklan di Instagram muncul berdasarkan sistem rekomendasi yang melibatkan kerja sama erat dengan pengiklan. Perusahaan pengiklan biasanya membagikan data kunjungan situs web atau interaksi pengguna di platform lain.

Data tersebut lalu dianalisis oleh algoritma Meta. Hasilnya, pengguna yang memiliki ketertarikan atau pola aktivitas serupa akan ditargetkan dengan iklan yang sama. Mekanisme ini membuat iklan tampak relevan, bahkan seolah-olah “membaca pikiran” pengguna.

Dengan kata lain, keakuratan iklan bukanlah kebetulan, melainkan hasil pemrosesan data yang sistematis.

Peran AI dalam Sistem Rekomendasi Iklan

Mosseri juga mengumumkan bahwa Meta kini memperkuat sistem iklan mereka dengan kecerdasan buatan (AI). Teknologi ini akan memperhalus proses rekomendasi, sehingga iklan yang ditampilkan semakin sesuai dengan minat pengguna.

Meta bahkan sudah menyiapkan perubahan syarat dan ketentuan baru yang berlaku mulai 16 Desember 2025. Salah satu poin pentingnya adalah penggunaan data interaksi pengguna dengan produk AI milik Meta untuk kepentingan algoritma iklan.

Menurut laporan Tech Crunch, langkah ini akan membawa sistem periklanan Meta ke level baru. Sebab, pengguna produk AI cenderung mengungkapkan hal-hal yang lebih pribadi—mulai dari ide, preferensi, hingga aktivitas harian. Informasi semacam ini sangat bernilai untuk memprediksi minat konsumen secara lebih akurat.

Persepsi Salah Kaprah tentang Iklan

Mosseri memahami mengapa banyak pengguna tetap merasa iklan di Instagram muncul karena obrolan mereka “didengar”. Menurutnya, fenomena psikologis juga berperan besar.

“Sering kali Anda mungkin sudah melihat iklan sebelum membicarakannya, tapi tidak sadar. Kita cenderung menggulir layar dengan cepat, terutama pada iklan. Konten yang lewat bisa saja terekam di benak bawah sadar, lalu memengaruhi topik percakapan berikutnya,” kata Mosseri.

Dengan kata lain, hubungan antara iklan dan percakapan sehari-hari tidak selalu kausal. Iklan yang terlihat kebetulan muncul bisa jadi sudah pernah ditampilkan sebelumnya, hanya saja pengguna tidak memberi perhatian khusus pada saat itu.

Tantangan Privasi dan Transparansi

Meski demikian, penguatan algoritma berbasis AI yang diumumkan Meta tetap memunculkan pertanyaan tentang privasi. Semakin personal data yang digunakan, semakin besar pula tanggung jawab perusahaan untuk menjaga transparansi dan keamanan informasi pengguna.

Kekhawatiran publik terhadap penyalahgunaan data digital bukanlah hal baru. Sebagian pihak menilai langkah Meta bisa memperluas potensi pelacakan perilaku pengguna hingga ke ranah yang lebih intim.

Namun, Mosseri menekankan bahwa Meta akan tetap beroperasi sesuai regulasi yang berlaku, serta berupaya memberikan pengalaman iklan yang relevan tanpa melanggar batas etika.

Fenomena iklan yang terasa seperti membaca isi hati pengguna tidak disebabkan oleh HP yang “menguping” percakapan. Penjelasannya ada pada kombinasi algoritma canggih, data dari pengiklan, dan kini kecerdasan buatan yang semakin kuat.

CEO Instagram Adam Mosseri berharap masyarakat tidak lagi terjebak dalam mitos lama. Ia menekankan bahwa iklan yang tampil relevan adalah konsekuensi dari sistem periklanan digital yang kian terintegrasi, bukan hasil penyadapan mikrofon HP.

Di sisi lain, keterbukaan Meta soal penggunaan data AI menegaskan bahwa masa depan periklanan digital akan semakin personal. Pertanyaannya, sejauh mana pengguna siap menerima personalisasi iklan yang makin mendalam tanpa merasa kehilangan privasi?

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index