Asri Welas

Asri Welas Hadirkan Denyut Semesta, Fesyen Ramah Lingkungan

Asri Welas Hadirkan Denyut Semesta, Fesyen Ramah Lingkungan
Asri Welas Hadirkan Denyut Semesta, Fesyen Ramah Lingkungan

JAKARTA - Industri fesyen di Indonesia belakangan ini mulai tersorot bukan hanya karena tren dan gaya, tetapi juga karena dampak lingkungannya. Masalah limbah tekstil yang terus menumpuk telah menimbulkan kekhawatiran serius, bahkan disebut bisa mencapai satu truk setiap menit. Di tengah situasi tersebut, artis sekaligus desainer Asri Welas mencoba menghadirkan solusi dengan memperkenalkan jenama fesyen ramah lingkungan bernama Denyut Semesta.

Melalui label ini, Asri ingin menghadirkan produk yang tidak hanya indah dipandang, tetapi juga memiliki nilai keberlanjutan. Baginya, Denyut Semesta adalah upaya nyata untuk memberi “napas kedua” bagi pakaian, sehingga tekstil yang sudah tidak terpakai bisa kembali bernilai.

Dorongan dari Kepedulian Lingkungan

Usai acara peluncuran Vidio Shopping di Jakarta, Selasa (30/9/2025), Asri menceritakan alasan utama membangun Denyut Semesta. Menurutnya, fesyen memang menyenangkan, namun dampaknya terhadap lingkungan sering kali terabaikan.

“Aku tuh berpikir, ini kalau sampah bertambah terus-menerus siapa yang tanggung jawab? Tekstil kan tidak bisa hancur alami,” katanya kepada ANTARA.

Ia menambahkan, menurut hasil riset, timbulan limbah tekstil di Indonesia bisa mencapai setara satu truk setiap menit. Fakta tersebut semakin menguatkan niatnya untuk menghadirkan produk fesyen yang ramah lingkungan.

Dari Konsumen Menjadi Kontributor Solusi

Asri secara jujur mengakui bahwa dirinya juga bagian dari permasalahan. Dalam kesehariannya, ia kerap membeli pakaian dalam jumlah banyak, terutama untuk kebutuhan syuting. Kebiasaan itu membuatnya merasa perlu untuk memberikan kontribusi nyata dalam upaya mengurangi limbah tekstil.

“Aku merasa, aku pun bagian dari masalah. Aku terus belanja pakaian baru untuk syuting, yang sebenarnya membeli baju baru terus itu tidak perlu kan? Jadi ini adalah bentuk kontribusiku terhadap yang telah aku lakukan,” ujarnya.

Kesadaran itulah yang mendorongnya untuk membangun Denyut Semesta sebagai wadah bagi upaya perubahan.

Proses Produksi Ramah Lingkungan

Produk fesyen Denyut Semesta tidak dibuat sembarangan. Proses produksinya dirancang agar tetap mengutamakan aspek keberlanjutan. Limbah tekstil dan pakaian yang terkumpul akan dihancurkan terlebih dahulu, kemudian dipintal menjadi benang baru, lalu ditenun kembali menjadi kain.

Proses tersebut bukanlah sesuatu yang instan. Asri mengungkapkan, untuk menghasilkan kain baru, proses daur ulang ini bisa memakan waktu hingga satu bulan.

Selain itu, pewarnaan kain Denyut Semesta juga dilakukan dengan metode tradisional menggunakan bahan-bahan alami. Dalam tahap ini, Asri melibatkan masyarakat lokal, khususnya warga Suku Dayak di Kalimantan, yang memiliki keterampilan dalam pewarnaan alami.

“Kami ingin semuanya ramah lingkungan, tidak merusak tanah dan air,” kata Asri.

Fesyen yang Mengajak Bijak Berbelanja

Melalui Denyut Semesta, Asri ingin lebih dari sekadar menjual pakaian. Ia ingin mengajak masyarakat untuk berpikir ulang dalam membeli busana baru. Baginya, konsumsi fesyen yang berlebihan tanpa memperhatikan dampak lingkungan akan memperparah masalah limbah tekstil.

Denyut Semesta dipilih sebagai nama jenama karena mencerminkan misi tersebut: menghadirkan fesyen yang berpacu dengan ritme kehidupan, tetapi tetap berpihak pada bumi.

“Asri menjelaskan pula bahwa Denyut Semesta digunakan sebagai nama jenama guna mempromosikan produk fesyen yang ramah lingkungan dan mengajak publik untuk lebih bijak dalam berbelanja pakaian,” tulis keterangan ANTARA.

Menginspirasi Industri Fesyen Lokal

Kehadiran Denyut Semesta menambah daftar panjang upaya dari kalangan kreatif Indonesia yang peduli pada isu lingkungan. Dalam beberapa tahun terakhir, desainer Tanah Air memang mulai banyak menghadirkan produk berbasis keberlanjutan, baik dengan menggunakan material alami, mendaur ulang tekstil, hingga melibatkan komunitas lokal dalam proses produksinya.

Langkah Asri Welas bisa menjadi inspirasi bagi pelaku industri fesyen lainnya untuk tidak hanya fokus pada estetika, tetapi juga dampak jangka panjang dari setiap produk yang mereka ciptakan.

Tantangan dan Harapan

Meski memiliki visi mulia, perjalanan Denyut Semesta tentu tidak tanpa tantangan. Salah satunya adalah edukasi konsumen. Tidak semua orang memahami pentingnya memilih produk fesyen berkelanjutan, apalagi ketika harga produk ramah lingkungan sering kali lebih tinggi dibandingkan produk massal.

Namun, Asri percaya bahwa dengan edukasi yang tepat, kesadaran masyarakat akan terus tumbuh. “Aku ingin Denyut Semesta jadi gerakan, bukan cuma brand,” ungkapnya.

Dengan konsep yang menekankan keberlanjutan dan keterlibatan komunitas lokal, Denyut Semesta diharapkan mampu berkontribusi dalam mengurangi darurat limbah tekstil di Indonesia.

Denyut Semesta bukan sekadar label fesyen baru, melainkan cermin dari kepedulian seorang artis yang bertransformasi menjadi agen perubahan. Asri Welas, yang dulu menjadi bagian dari konsumsi berlebih, kini justru tampil membawa solusi melalui produk ramah lingkungan.

Lewat Denyut Semesta, ia membuktikan bahwa fesyen bisa tetap indah sekaligus bermanfaat bagi bumi. Di tengah gempuran tren yang terus berubah, ajakan Asri untuk lebih bijak berbelanja pakaian adalah pesan kuat bahwa gaya hidup berkelanjutan bisa dimulai dari hal sederhana: cara kita memilih pakaian.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index