Rupiah Menguat ke Rp16.701 per Dolar AS, Pasar Global Tunjukkan Sinyal Stabilitas Baru

Jumat, 07 November 2025 | 11:18:45 WIB
Rupiah Menguat ke Rp16.701 per Dolar AS, Pasar Global Tunjukkan Sinyal Stabilitas Baru

JAKARTA - Nilai tukar rupiah kembali menunjukkan penguatan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada akhir perdagangan Kamis, 6 November 2025. Kenaikan ini menjadi sinyal positif bagi stabilitas pasar keuangan domestik di tengah dinamika ekonomi global yang masih fluktuatif.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup menguat 16 poin atau 0,10 persen ke posisi Rp16.701 per dolar AS. Penguatan ini terjadi bersamaan dengan apresiasi beberapa mata uang di kawasan Asia, menandakan optimisme yang mulai tumbuh di pasar regional.

Di sisi lain, indeks dolar AS justru mencatat kenaikan 0,22 persen dan berada di level 99,98. Hal tersebut menunjukkan bahwa dolar AS tetap memiliki kekuatan di tengah perbaikan data ekonomi domestik, meskipun penguatan rupiah tetap mampu menahan tekanan.

Kinerja Mata Uang Asia Bervariasi, Rupiah Tetap Tangguh

Di kawasan Asia, pergerakan nilai tukar terhadap dolar AS terlihat bervariasi. Yen Jepang mencatat penguatan sebesar 0,24 persen, sementara dolar Hong Kong naik tipis 0,01 persen.

Dolar Singapura juga menguat 0,13 persen, sedangkan dolar Taiwan justru melemah 0,01 persen. Sementara itu, won Korea Selatan turun 0,46 persen, menandakan tekanan masih terasa di pasar mata uang negara tersebut.

Mata uang lainnya, seperti peso Filipina, melemah 0,24 persen, sementara rupee India naik tipis 0,05 persen. Yuan China menguat 0,06 persen, ringgit Malaysia naik 0,16 persen, dan baht Thailand menguat lebih tinggi sebesar 0,25 persen.

Dengan kondisi tersebut, penguatan rupiah sebesar 0,10 persen dinilai cukup stabil, mengingat ketidakpastian global yang masih berlangsung. Analis menilai pergerakan ini menunjukkan bahwa pasar tetap percaya terhadap kebijakan moneter domestik yang konsisten menjaga nilai tukar.

Data Tenaga Kerja AS Dorong Optimisme Pasar Global

Dari sisi eksternal, penguatan rupiah turut dipengaruhi oleh pergerakan dolar AS yang cenderung stabil setelah rilis data tenaga kerja sektor swasta Amerika Serikat. Berdasarkan laporan Reuters, dolar bertahan di bawah level tertingginya dalam beberapa bulan terakhir.

Data terbaru menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja sektor swasta AS meningkat sebanyak 42.000 pada Oktober 2025. Capaian ini jauh melampaui perkiraan sebelumnya yang hanya sebesar 28.000, berdasarkan survei ekonom yang dilakukan Reuters.

Kenaikan tersebut memberikan sinyal bahwa pasar tenaga kerja AS masih menunjukkan ketahanan di tengah ancaman perlambatan ekonomi. Meskipun demikian, analis menilai peningkatan tersebut belum menunjukkan perubahan besar dalam kondisi pasar tenaga kerja secara keseluruhan.

Beberapa sektor, terutama jasa profesional dan bisnis, masih mengalami penurunan jumlah pekerja selama tiga bulan berturut-turut. Namun demikian, perbaikan data ini cukup membantu meredakan kekhawatiran terkait pelemahan struktural di pasar tenaga kerja AS.

Aktivitas Sektor Jasa AS Meningkat, Dorong Kekuatan Dolar

Selain data ketenagakerjaan, aktivitas sektor jasa di Amerika Serikat juga menunjukkan peningkatan pada Oktober 2025. Peningkatan ini didorong oleh kenaikan pesanan baru yang solid, memberikan harapan terhadap ketahanan ekonomi AS di tengah tekanan inflasi.

“Penyesuaian kembali yang bersifat hawkish di pasar suku bunga dan valuta asing mendapat dorongan tambahan pagi ini ketika ADP melaporkan rebound tenaga kerja sektor swasta yang lebih kuat dari perkiraan,” ujar Karl Schamotta, Kepala Strategi Pasar di perusahaan pembayaran Corpay, Toronto.

Menurutnya, kekuatan dolar AS saat ini didukung oleh data makroekonomi yang positif, sehingga peluang untuk pelonggaran kebijakan moneter secara agresif menjadi semakin kecil. Pasar kini melihat bahwa Federal Reserve akan lebih berhati-hati dalam menurunkan suku bunga dalam waktu dekat.

Schamotta juga menambahkan, sebagian besar data yang dirilis menunjukkan ketahanan pasar tenaga kerja Amerika. Oleh karena itu, investor semakin enggan mengambil posisi besar yang berspekulasi pada penurunan imbal hasil obligasi ke depan.

Faktor Domestik Perkuat Sentimen terhadap Rupiah

Dari sisi domestik, penguatan rupiah tidak terlepas dari peran kebijakan moneter yang dijalankan oleh Bank Indonesia (BI). Kebijakan suku bunga yang konsisten dan langkah stabilisasi di pasar valas turut memperkuat kepercayaan pelaku pasar terhadap nilai tukar rupiah.

Penguatan ini juga ditopang oleh arus modal asing yang masuk ke pasar surat berharga negara (SBN). Investor global mulai melirik aset-aset Indonesia karena menawarkan imbal hasil yang menarik di tengah volatilitas pasar global.

Selain itu, stabilitas inflasi dan cadangan devisa yang terjaga turut memberikan ruang bagi BI untuk menjaga stabilitas moneter tanpa perlu intervensi agresif. Kondisi ini menjadi alasan utama mengapa rupiah masih mampu menguat meskipun tekanan eksternal cukup tinggi.

Para analis juga menilai bahwa fundamental ekonomi Indonesia masih solid. Dengan pertumbuhan ekonomi yang tetap positif di atas 5 persen dan defisit transaksi berjalan yang terkendali, rupiah memiliki pondasi kuat menghadapi perubahan global.

Tekanan Global Masih Ada, Namun Sentimen Pasar Domestik Tetap Positif

Meski rupiah menguat, tantangan global masih membayangi. Ketidakpastian geopolitik, fluktuasi harga komoditas, serta kebijakan moneter negara maju menjadi faktor eksternal yang masih perlu diwaspadai.

Pergerakan dolar AS yang dipengaruhi oleh ekspektasi kebijakan suku bunga The Fed juga menjadi faktor penting yang dapat memengaruhi arah rupiah dalam jangka pendek. Namun, penguatan yang terjadi pada Kamis lalu menunjukkan bahwa sentimen domestik masih cukup kuat dalam menahan tekanan tersebut.

Pelaku pasar menilai penguatan rupiah ini menunjukkan kepercayaan yang meningkat terhadap stabilitas ekonomi nasional. Apabila faktor eksternal tetap terkendali, bukan tidak mungkin rupiah akan kembali menguat dalam beberapa pekan ke depan.

Kondisi pasar yang lebih tenang juga memberikan ruang bagi investor untuk mengambil keputusan investasi dengan lebih percaya diri. Dalam jangka menengah, stabilitas nilai tukar ini dapat menjadi pendorong bagi pemulihan sektor riil dan investasi langsung.

Outlook Rupiah Menuju Akhir Tahun

Menjelang akhir tahun 2025, rupiah diperkirakan akan bergerak stabil di kisaran Rp16.600–Rp16.800 per dolar AS. Faktor utama yang akan memengaruhi pergerakan tersebut antara lain kebijakan moneter global, harga energi, serta arus modal asing ke pasar Indonesia.

Dengan dukungan fundamental ekonomi yang kuat dan pengawasan ketat oleh otoritas keuangan, peluang penguatan rupiah masih terbuka. Para pelaku pasar diharapkan tetap waspada terhadap gejolak global, tetapi tidak kehilangan optimisme terhadap daya tahan ekonomi nasional.

Rupiah yang stabil akan menjadi pondasi penting dalam menjaga daya beli masyarakat, menarik investasi, serta menjaga keseimbangan neraca perdagangan Indonesia di tahun 2026 mendatang.

Terkini

IHSG Cetak Rekor Baru, Saham Favorit Asing Melesat

Jumat, 07 November 2025 | 15:56:23 WIB

Harga Emas Antam Naik, Dekati Rp 2,3 Juta per Gram

Jumat, 07 November 2025 | 15:56:16 WIB

IHSG Menguat, Saham BREN dan RAJA Jadi Sorotan Investor

Jumat, 07 November 2025 | 15:56:08 WIB