Grup Astra Genjot Akuisisi Strategis, Bidik Sektor Non Otomotif

Kamis, 02 Oktober 2025 | 11:30:30 WIB
Grup Astra Genjot Akuisisi Strategis, Bidik Sektor Non Otomotif

JAKARTA - Langkah ekspansif terus diperlihatkan oleh PT Astra International Tbk. (ASII) sepanjang tahun 2025. Tak lagi hanya bertumpu pada bisnis otomotif yang selama ini menjadi tulang punggung, konglomerasi besar ini agresif melakukan aksi akuisisi lintas sektor untuk memperkuat portofolio usaha. 

Aksi teranyar dilakukan Astra melalui entitas anaknya yang resmi mengambil alih mayoritas saham emiten pergudangan PT Mega Manunggal Property Tbk. (MMLP) senilai Rp3,34 triliun.

Transaksi tersebut menandai semakin seriusnya Astra dalam menggarap sektor non-otomotif sebagai sumber pertumbuhan baru. Melalui anak usahanya, PT Saka Industrial Arjaya (SIA), Astra kini menjadi pemegang saham pengendali MMLP setelah pembelian sekitar 83,67% saham perusahaan rampung pada 30 September 2025.

“Dengan demikian, pada 30 September 2025, PT Saka Industrial Arjaya telah menjadi pengendali baru MMLP,” ujar Sekretaris Perusahaan Astra International, Gita Tiffani Boer, dalam keterbukaan informasi, Rabu (1 Oktober 2025).

SIA merupakan anak perusahaan terkonsolidasi yang seluruh sahamnya dimiliki secara tidak langsung oleh Astra. Aksi akuisisi ini merujuk pada Perjanjian Jual Beli Saham Bersyarat tertanggal 21 Juli 2025, yang ditandatangani dengan PT Suwarna Arta Mandiri sebagai pemegang saham mayoritas MMLP, Bridge Leed Limited (pemegang 17,51%), serta sejumlah pemegang saham minoritas lainnya.

Ekspansi Tak Hanya di Sektor Pergudangan

Aksi korporasi Astra tak berhenti sampai di situ. Sejak awal tahun, perusahaan telah melakukan serangkaian akuisisi penting untuk memperkuat lini bisnisnya.
Pada Februari 2025, Astra meningkatkan kepemilikannya di platform layanan kesehatan digital Halodoc menjadi 31,34% melalui transaksi senilai sekitar US$57 juta atau setara Rp900 miliar. Langkah ini menunjukkan keseriusan Astra untuk mengembangkan bisnis di sektor teknologi kesehatan yang potensial tumbuh pesat di Indonesia.

Tak lama berselang, Juni 2025, Astra melalui anak usahanya PT United Tractors Tbk. (UNTR) mengakuisisi 30,6% saham PT Supreme Energy Sriwijaya (SES) senilai US$30,8 juta atau Rp501 miliar. Akuisisi ini secara tidak langsung meningkatkan kepemilikan Astra di PT Supreme Energy Rantau Dedap (SERD) — perusahaan pembangkit listrik tenaga panas bumi di Sumatera Selatan dengan kapasitas 91,2 MW — dari 32,7% menjadi 40,4%.

Masuk ke Tambang Emas dan Energi

Ekspansi UNTR berlanjut ke sektor pertambangan emas. Pada September 2025, UNTR melalui PT Danusa Tambang Nusantara (DTN) menandatangani perjanjian jual beli bersyarat dengan PT J Resources Nusantara (JRN), anak usaha PT J Resources Asia Pasifik Tbk. (PSAB), untuk mengakuisisi 99,99% saham PT Arafura Surya Alam (ASA).

Selain itu, anak usaha UNTR lainnya, PT Energia Prima Nusantara (EPN), juga melakukan pembelian saham minoritas ASA sebesar 0,00004% serta 0,2% saham PT Mulia Bumi Persada (MBP) dari pemegang saham individu Jimmy Budiarto. Perjanjian tersebut ditandatangani pada 12 September 2025.

Perkuat Bisnis Kesehatan Lewat RS Hermina

Tidak hanya di energi dan pertambangan, Astra juga menambah porsi kepemilikan di sektor layanan kesehatan. Tahun ini, Astra meningkatkan kepemilikan sahamnya di emiten rumah sakit PT Medikaloka Hermina Tbk. (HEAL) hingga 20% melalui anak usahanya, PT Astra Healthcare Indonesia (AHI).

Pada akhir September, AHI menambah 5 juta lembar saham HEAL. Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per 24 September 2025, AHI kini memegang 1.975.344.500 lembar saham HEAL, naik dari 1.970.344.500 lembar sehari sebelumnya.

Visi Jangka Panjang Astra

Ekspansi lintas sektor ini mencerminkan strategi jangka panjang Astra untuk membangun portofolio bisnis yang lebih beragam. Wakil Presiden Direktur Astra, Rudy, menjelaskan bahwa perusahaan memiliki tujuh lini bisnis inti, meliputi:

Otomotif

Jasa keuangan

Alat berat, pertambangan, konstruksi, dan energi

Agribisnis

Infrastruktur

Teknologi informasi

Properti

Menurut Rudy, ketujuh lini usaha ini menjadi fondasi profitabilitas perusahaan selama ini. Namun, untuk tetap relevan dengan dinamika ekonomi global dan domestik, Astra terus melakukan ekspansi ke sektor-sektor strategis baru.

“Kami akan balance juga jangka pendek dan jangka panjang fokus ke depan. Ada tiga area besar yang kami sasar, yakni infrastruktur, kesehatan, dan mineral. Tidak menutup kemungkinan ke sektor lain yang berpotensi, melihat prospek yang menjanjikan dan ada peluang sinergi dengan lini bisnis Astra,” jelas Rudy dalam konferensi pers public expose pada 27 Agustus 2025.

Transformasi dari Konglomerasi Otomotif ke Multi-Sektor

Transformasi Astra dari konglomerasi otomotif menjadi pemain besar multi-sektor kini semakin nyata. Dengan langkah agresif di bidang logistik dan pergudangan (MMLP), kesehatan (Halodoc & HEAL), energi panas bumi (SERD), serta pertambangan emas (ASA), Astra memperluas pijakan bisnisnya secara signifikan.

Diversifikasi tersebut tidak hanya memperkuat daya saing perusahaan menghadapi dinamika pasar global yang terus berubah, tetapi juga membuka peluang sinergi lintas lini yang dapat meningkatkan efisiensi dan profitabilitas jangka panjang.

Rangkaian akuisisi yang dilakukan Grup Astra (ASII) sepanjang 2025 menjadi bukti keseriusan perusahaan untuk keluar dari ketergantungan pada sektor otomotif dan memperluas sayap ke berbagai sektor strategis. Dengan strategi jangka panjang yang terencana dan fokus pada sektor berprospek tinggi seperti infrastruktur, kesehatan, dan mineral, Astra menegaskan posisinya sebagai salah satu konglomerasi terbesar di Indonesia yang siap menghadapi masa depan ekonomi yang semakin kompleks dan kompetitif.

Terkini